Minority Plus Jesus is Majority

Matius 11:11, 12 katakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya.”
Ayat 12, dalam bahasa Indonesia, menggunakan kata “diserong” yang sebenarnya itu kurang tepat. Diserong itu ada yang mengartikan dibelokkan arahnya atau diserang.
Dalam KJV dikatakan “And from the days of John the Baptist until now the kingdom of heaven suffereth violence, and the violent take it by force.”
Kita selama ini mengira bahwa orang Kristen itu pasif dan bisa dilakukan semena-mena. Kalau itu yang kita pikirkan, maka hal itu yang akan terjadi. Hati-hatilah dengan apa yang kita katakan. Mangkanya jangan pernah mengatakan masalah yang terjadi itu sebagai musibah. Tetapi katakan itu adalah kesempatan. Itu adalah proses untuk terjadinya sesuatu yang lebih dahsyat.
Dalam terjemahan NIV dikatakan, “I tell you the truth: Among those born of women there has not risen anyone greater than John the Baptist; yet he who is least in the kingdom of heaven is greater than he. From the days of John the Baptist until now, the kingdom of heaven has been forcefully advancing, and forceful men lay hold of it.”

Bahasa aslinya menyatakan bahwa yang menderita adalah kerajaan kegelapan. Saat terang itu muncul, maka kegelapan itu menderita.
Seringkali kita digambarkan sebagai orang yang menderita. Bahkan banyak orang yang “kasihan” terhadap Yesus. Namun kita tahu bahwa kalau Dia Tuhan mau, bisa saja dia menggerakkan milyaran malaikat untuk melepaskan Dia dari orang-orang yang haus untuk menyalibkannya, namun Dia tidak melakukannya. Justru Dia tunduk pada kehendak Bapa untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
Kita harus mengubah pola pikir kita termasuk melihat diri kita sebagai kaum minoritas yang “harus dikasihani”. Namun kita harus ingat bahwa “minority plus Jesus is majority” (minoritas plus Yesus adalah mayoritas).
Progress itu harus dimulai dari regress. Jadi kalau Anda ditanyai kabar Anda, jawablah “melesat”. Dan katakan juga “advance”!
Dalam Matius 13:33 dikatakan, “ …Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” Lihatlah bagaimana ragi yang kecil, yang kelihatan tidak berarti itu, mampu memberikan pengaruh yang hebat. Dalam Kerajaan Allah ukuran itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah dampak yang ditimbulkannya!
Ragi itu kelihatannya lemah. Namun ragi itu tidak pernah takut menghadapi adonan yang besar. Karena itulah kita juga bisa mengubah kebudayaan kota kita yang jelek. Kita bisa membawa pengaruh yang positif kepada mereka. Sebab kita adalah ragi itu.
Ragi tidak pernah takut dengan jumlah yang besar. Ia juga tidak pernah menjadi adonan dan tidak bisa ditarik dari adonan. Namun dia diaktivasi oleh panas. Lihat saja roti yang baru mengembang setelah dimasukkan oven. Jadi ketika kita ditekan, janganlah takut. Justru itulah panas yang akan membuat kita akan semakin mengembang.
Begitu juga dengan kekuatan seorang pria. Tahukah Anda apa yang kuat dari seorang pria? Itulah benihnya yang amat kecil itu. Dari benih yang amat kecil itu muncul manmusia-manusai lainnya dan memenuhi bumi. Karena itulah orang Kristen tidak ada gunanya kalau cuma berkutat di gereja. Kita harus keluar dan membawa pengaruh di marketplace! Ingatlah bahwa ada Roh Kudus di dalam diri kita yang membuat kita berbeda dengan lainnya.
Tapi ada juga ragi yang berbahaya. Itulah ragi Farisi, yakni kemunafikan. Ragi Korintus, yakni ragi kenajisan. Ada juga ragi Galatia, yakni ragi legalisme. Ragi-ragi yang tidak baik itu justru harus dikeluarkan dari hidup kita!
Matius 13:36-43 berkata, “Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
Kejahatan itu adalah lawlessness. Itulah keadaan tanpa hukum. Yang ada adalah anarki. Dan semua yang melakukan lawlessness akan disingkirkan. Tetapi ada berita bagi bagi orang benar, sebab mereka akan bercahaya. Ini ibarat matahari yang muncul di pagi hari. Apa yang terjadi ketika matahari itu muncul? Kegelapan sirna dan terangnya menjadi berkat bagi banyak orang. Ya anak-anak Tuhan menjadi terang.
Ada seorang bernama Abaraham Kuyper. Dia adalah mantan PM Belanda yang lahir pada tanggal 29 October 1837 . Siapakah dia? Dia adalah seorang politikus, wartawan, juga pendeta. Saat terjadi revolusi Prancis, banyak negara yang bergolak. Namun Kuyper konsisten untuk tetap mentaati firman Tuhan dan tidak mau melakukan pemberontakan. Bahkan dia mendirikan “Anti-Revolutionary Party” (Partai Anti Revolusi). Dia berkata bahwa kita harus menundukkan diri pada institusi yang ditetapkan Tuhan.
Bukan hanya pengaruhnya bagi negara namun juga pada dunia pendidikan, karena Kuyper inilah yang mempelopori mendirikan sekolah freie university alias universitas gratis.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita telah menjadi orang yang membawa pengaruh dan dampak yang baik? Kiranya kita semua meskipun kecil, tapi membawa pengaruh yang besar! Amin.

%d bloggers like this: