Generasi Samuel

1 Samuel 3:1  “Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering.”

Seringkali ketika kita berbicara tentang bukit-bukit yang gundul, kita sering berpikir bahwa itu adalah keadaan dimana kita jauh dari gereja, jauh dari pergaulan orang-orang benar, dan saya mau katakan disini bahwa itulah yang dialami oleh seorang nabi muda yang bernama Samuel.  Samuel dipakai Tuhan untuk membawa revival kembali kepada bangsanya.  Dan seperti saya sudah sering sampaikan sebelumnya, selalu persiapan para pemimpin terjadi di padang belantara.  Dan bagi Samuel, padang belantara itu justru di Kemah Suci.  Ketika Eli menjadi Imam besar di Kemah yang Suci di Silo itu, dan kedua putranya yaitu Hophni dan Phinehas menjadi imam.  Hophni itu artinya “tukang pukul”.  Sebab itu jangan kita memberi nama anak kita dengan nama ini, karena dia bisa berkelakuan seperti preman nanti. Bukan freeman ya, tetapi preman.  Mereka bahkan berzina bukan di hotel atau losmen yang ada disana, tetapi di tengah-tengah pelayanan dan bahkan di tengah Kemah Suci, dan Tuhan mengecam dengan tegas, “barangsiapa menghormati Aku, akan dihormati, dan barangsiapa menghina Aku, akan dipandang rendah.” (1 Samuel 2:30). Keadan ini sangat bertolak bela- kang dengan apa yang kita baca dalam ayak bacaan kita hari ini, dimana disana dikatakan, bahwa Samuel yang muda itu melayani Tuhan di bawah pengawasan Iman Eli.

Apa yang bisa kita pelajari dari sini?  Bahwa Samuel tidak terkontaminasi dengan apa yang dia lihat.  Bisa saja dia menjadi putus asa dan berkata, “aduh ternyata pendeta saja seperti itu kehidupannya.”   Saya mau katakan bahwa hal yang paling bodoh yang bisa kita lakukan adalah ketika kita berusaha membandingkan hidup kita dengan orang lain, karena sesungguhnya ukuran kita adalah langsung kepada Tuhan Yesus.  Yang Tuhan inginkan atas hidup kita adalah nilai 100, bukan 55.  Kadang kita membandingkan diri kita dan kita merasa lebih baik daripada orang lain.  Samuel tidak demikian.  Dia melayani dengan mata yang tertuju kepada Tuhan.  Sebab doa orang tua itu sangat penting.  Hannah berdoa menyerahkan kepada Tuhan dan berkata “dari Engkau aku meminta anak ini, dan kepada Engkaulah aku kembalikan.”  Sejak kecil Samuel diberikan jubah imam, mulai ukuran paling kecil (XS) dan mungkin saat ini dia masih mengenakan jubah imam ukuran S.  Tetapi sejak lahir, ibunya selalu berdoa bahwa Samuel dilahirkan secara ajaib, dan engkau akan dipakai untuk me-reformasi bangsa ini.  Dan memang benar, itu terjadi.  Samuel hidup tanpa terkena polusi.  Dia melihat imam Eli yang sangat lemah. Anak-anak imam Eli berbuat seperti itu tidak ditegor, juga tidak dipecat. Saya sendiri ketemu dengan beberapa hamba Tuhan, dan saya sering bertanya kepada mereka ketika anak-anak mereka melakukan hal yang salah, “apa tidak dihajar anakmu itu yang mempermalukan Tuhan?”   Banyak dari mereka menjawab, “kamu tidak punya anak sih, jadi kamu tidak mengerti.”   Sodara, didiklah anak kita mumpung anak kita masih kecil, sehingga ketika sudah besar, anak kita tidak akan beralih dari pada Tuhan.

Saya percaya, generasi yang baru sedang bangkit, yaitu generasi yang sekalipun mereka sedang ada di bukit-bukit yang gundul, sekalipun mereka tidak mendapat contoh yang baik, mereka akan bangkit seperti Samuel untuk bangsa ini.  Samuel menjadi seorang yang hebat, mengurapi dan mengangkat raja bagi Israel, bahkan dia menegur Saul yang adalah raja pertama Israel.  Bangkitlah Generasi Samuel, sekalipun sedang ada di bukit yang gundul, akan senantiasa mengalirkan sungai kehidupan.  Tuhan memberkati.

%d bloggers like this: