Anticipating The Pleasant Surprises

Lukas 1:26-30, 34-38
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata:”Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya:”Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah….. Kata Maria kepada malaikat itu:”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya:”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki- laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria:”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.”

Kalau ada kejutan yang terjadi menjelang kelahiran Yesus, itu tentu adalah seorang perawan bernama Maria ketika malaikat Gabriel mendatanginya. Di ayat 29 dikatakan, “Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.” Pada saat seseorang menerima kejutan, apa yang seharusnya kita lakukan? ANTISIPASI! Maria menerima kejutan itu dengan percaya. Dia terima kejutan dari Allah sebagai berkat yang luar biasa dalam hidupnya.

Sangat penting untuk meresponi setiap kejutan supaya apa yang Tuhan berikan itu menjadi maksimal dalam hidup kita. Beberapa contoh berikut ini adalah orang-orang yang gagal mengantisipasi kesempatan yang datang:

Pertama, “tidak mengerti”. Seorang muda yang kaya mempunyai maksud yang bagus saat datang kepada Yesus. Dia melakukan segala sesuatu untuk menjadi pelaku hukum Taurat. Namun Yesus menantang dan memberikan satu kesempatan kepadanya untuk menjadi murid-Nya dengan memintanya menjual segala miliknya dan diberikan kepada orang miskin (Mat. 19:20-22). Namun kita tahu dia gagal melakukannya. Dia tidak mengerti akan maksud ilahi dalam hidupnya.

Kedua, mengabaikan. Ketika Nabi Elisa memerintahkan Raja Yoas untuk memukulkan anak-anak panah itu ke tanah, ternyata sang raja hanya memukulkan sebanyak tiga kali (2 Raj. 13:18-19). Elisa menjadi gusar dengan ini. Seharusnya dipukul ke tanah sebanyak lima atau enam kali supaya Aram sampai habis lenyap. Ketika kesempatan itu datang seharusnya Yoas tidak meresponinya dengan sembarangan. Ia harus melakukannya dengan antusiasme yang tinggi. Tetapi itu tidak dilakukannya. Dengan kata lain, dia mengabaikannya.

Ketiga, meremehkan. Simson itu mendapatkan kesempatan sebagai hakim di Israel. Saya percaya tidak semua orang bisa mendapatkan anugerah dan kesempatan seperti ini. Namun apa yang terjadi dengan Simson? Dia meremehkan firman Tuhan yang menyatakan bahwa sebagai nazir Allah tidak boleh ada pisau cukur yang menyentuh kepalanya (Hak. 13:5). Namun dia malahan bermain-main dengan seorang wanita yang diumpankan oleh orang Filistin. Dan kita tahu akhirnya dia memberitahukan rahasia itu kepada perempuan tersebut (Hak. 16:19-21). Simson ditawan dan dipermalukan. Meskipun tercatat di akhir hidupnya ia menerima kembali kekuatannya, namun seharusnya dia bisa lebih lama lagi menjadi seorang hakim di Israel.

Jadi bagaimana kita harus mengantisipasi kesempatan yang datang kepada kita?

Pertama, mencarinya dengan pengertian (ay. 29). Maria meresponinya dengan antusias dan dia balik bertanya di dalam hatinya apa arti salam itu. Dia ingin tahu lebih lanjut tentang salam itu. Ada sesuatu yang luar biasa di balik salam itu.

Kedua, ketahuilah bahwa kita tidak sendirian (ay. 35). Maria disertai Allah dan Roh Kudus menaunginya. Inilah yang luar biasa dalam hidup kita. Ada Allah yang selalu bersama dengan kita untuk melanjutkan setiap kesempatan yang kita responi dalam hidup kita.

Ketiga, terimalah dengan iman (ay. 37). Jangan memandang setiap kesempatan dengan pesimis meskipun itu kelihatannya tidak masuk akal. Justru apa yang tidak masuk akal itu Tuhan sanggup berkarya dalam hidup kita.
Keempat, mengantisipasi dengan hati yang terbuka (ay.38). Maria menerima kesempatan itu. Dia tidak protes. Dia tidak menolak. Dia menerima dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan oleh malaikat tersebut. Jadi kita juga harus menerima apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita dengan hati yang terbuka.