Relasi atau hubungan, menjadi hal yang perlu untuk menjadi perhatian kita semua di masa sekarang ini, karena semakin banyak orang menikmati kesendirian dengan fasilitas teknologi melalui media social yang ada di genggaman tangan mereka. Terlebih lagi di dalam keluarga. Kadang orang tua sudah merasa “cukup” dengan memenuhi kebutuhan anak melalui ketersediaan internet, laptop dan handphone yang bagus, dan merasa semua terasa baik-baik saja, sekalipun jarang sekali mereka mempunyai waktu untuk ngobrol dari hati ke hati dengan anak-anak mereka.
Sebagai orang percaya, kita perlu menyadari betapa penting relasi / hubungan itu. Beberapa hal yang perlu kita sadari:
- Kita diciptakan dalam suasana relasi yang indah, yaitu keharmonisan Allah Tritunggal (Kejadian 1:26)
- Tuhan berinisiatif untuk menciptakan penolong yang sepadan, supaya kita mempunyai kehidupan dalam relasi / hubungan yang indah dengan sesama (Kejadian 2:18)
- Tuhan berinisiatif untuk menciptakan penolong yang sepadan, supaya kita mempunyai kehidupan dalam relasi / hubungan yang indah dengan sesama (Kejadian 2:18)
- Yesus mati di atas kayu salib, untuk pemulihan hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama.
Sebagai orang tua, untuk bisa melakukan parenting, kita perlu memiliki relasi yang baik dan benar dengan anak-anak kita.
Mari kita belajar tentang parenting yang berdampak dalam kehidupan keluarga, dari pernyataan Allah Bapa tentang Yesus, seperti yang tertulis dalam Matius 17:5 yang menyatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Dari ayat tersebut, kita belajar 4 (empat) hal yang perlu kita berikan sebagai orang tua kepada anak-anak kita, yaitu:
- IDENTITAS YANG JELAS (“Inilah Anak…”)
Identitas, menjadi kebutuhan yang krisis bagi kehidupan generasi di jaman sekarang ini. LGBTQ merupakan “fasilitas” yang dihadirkan oleh jaman untuk mereka yang mengalami krisis identitas. Kehadiran orang tua harus memberikan identitas yang jelas untuk anak-anak sesuai dengan firman Tuhan. Banyak orang tua terjebak ketika merasa “cukup” dengan memberikan banyak fasilitas (high speed internet dan high end gadget), tetapi sangat minim identitas bagi anak-anak mereka.
1 Yohanes 2:14 menyatakan bahwa bapa-bapa (orang tua) harus memperkenalkan Bapa di surga kepada anak-anak yang Tuhan percayakan ada dalam kehidupan mereka. Dengan membawa mereka hidup mengenal dan mengasihi Tuhan, mereka akan hidup dengan identitas yang jelas sebagai anak Tuhan, dimana perlindungan dan penyertaan Tuhan akan senantiasa sempurna atas mereka. - PEMBENTUKAN KARAKTER (“Kukasihi…”)
Kasih merupakan dasar pembentukan karakter yang benar bagi anak-anak kita. Kasih menunjukkan keseimbangan antara rasa sayang & didikan. Kasih akan membentuk karakter anak-anak kita, tidak menjadi anak yang manja, juga tidak menjadi anak yang keras, tapi terbentuk seturut dalam kehedak Tuhan. Orang tua perlu senantiasa dipenuhi kasih Tuhan, sehingga bisa menghadirkan kasih dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga.
Amsal 13:24 “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” - PENERIMAAN (“Aku berkenan…”)
Penerimaan memberikan rasa aman bagi anak-anak. Perlu ada ‘ruang salah’ bagi anak-anak, sekalipun arahan untuk memperbaiki tetap harus diberikan. Jangan kita terjebak dalam pembiaran dengan pernyataan “namanya juga anak-anak, biarin aja besok juga ngerti sendiri”. Sadari, rasa aman yang diberikan orang tua buat anak tidak hanya ketika kita melakukan kesalahan, tetapi juga di masa depan melalui arahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penerimaan juga termasuk bagaimana kita sebagai orang tua bisa melihat potensi dan talenta yang ada di dalam diri anak-anak, dan mengambil peran untuk mengembangkan talenta anak-anak kita, sehingga mereka bisa bertumbuh menjadi lebih baik dalam perjalanan kehidupan mereka. - KEPERCAYAAN (“Dengarkanlah Dia…”)
Sejak awal Tuhan ciptakan kita, dia menciptakan kita segambar dan serupa dengan Dia, dengan tujuan untuk berkuasa (have dominion, be resposible) atas seluruh bumi (Kejadian 1:26). Jika Tuhan memberikan kepercayaan kepada kita, orang tua pun seharusnya belajar juga untuk memberikan kepercayaan kepada anak-anak. Tentu ada resiko, disitulah pendampingan orang tua justru akan membangun relasi yang lebih kuat dengan anak-anak. Ketika anak-anak merasa dipercaya, maka anak-anak juga akan menaruh kepercayaan mereka kepada orang tua.